Sabtu, 12 Januari 2013

Memaknai Sebuah Ujian Dalam Kehidupan


Memaknai Sebuah Ujian Dalam Kehidupan
Allah subhanahuwata’ala berfirman didalam Al-Qur’an :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” [QS Al-Ankabuut : 2-3]

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Dan kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.”[QS Al-Anbiya : 35]
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Bersabda :
“Tidak  seorang muslim pun yang mengalami gangguan berupa tertusuk duri atau lebih dari itu melainkan Allah menghapuskan kesalahan-kesalahannya berkat gangguan itu dan menggugurkan dosa-dosanya berkat cobaan itu, sebagaimana gugurnyadedaunan yang kering dari pohonnya. (Muttafaq ‘Alaih Melalui Ibnu Mas’ud)
Apabila Allah menimpakan suatu cobaan kepada hambanya yang diterima dengan sabar, dan syukur, sebenarnya Allah menghendaki orang itu mendapat kebaikan yang banyak dan beruntung yang besar.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Bersabda :
 “Cobaan yang terus-menerus menimpa orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan,  berupa anak-anak dan harta bendanya dapat  menghapuskan segala dosanya hingga ia menghadap Allah nanti dalam keadaan bersih adari dosa-dosanya.” ( HR. Imam tirmizi melalui abu hurairah)
Oleh karena itu orang yang benar-benar beriman memandang musibah dan dan cobaan sebuah hadiah, kepedihan adalah obat pahit yang tiada kesembuha kecuali dengan menelannya. Henya dengan cobaan inilah orang mukmin mengangap kemiskinan sebagai pintu zuhud, kekayaan adalah titipan, sakit sama dengan jihad, kekecewaan merupakan jalan yang memerlukan kesabaran, dan kesedihan sama dengan harapan.
Dia bahkan memandang cobaan dapat menanamkan keutamaan-keutamaan dalam dirinya yang belum pernah diketahuinya dan memberikan ispirasi kedalam dirinyauntuk melakukan berbagai akhlak terpuji yang selama ini ia jauhi. Karena itu ia tumbuh menjadi mahlik  yang berbeda dengan sebelumnya. Asy-sya’bi mengatakan bahwa cobaan itu mirip dengan telur,  apa yang ada didalam nya menganggap sebagai penjara, padahal pelapis telur melindunginya, merawatnya dan membantu pertumbuhannya secara sempurna. Tiada yang diperlukan olehnya selain kesabaran dan merasa puas dengan nasib yang dialaminya sementara waktu, kemudian bila telu menetas, keluarlah ia sebagai mahluk yang berbeda.
Keutamaan yang ditanam kan oleh cobaan dalamdiri orang mukmin tidap tumbuh berkembang melainkan hanya bila disiram dengan air kesabaran dan bersyukur. Adapun cobaan yang di iringi dengan keluhan dan disertai dengan ketidak sabaran, maka keutamaan itu akan lenyap darinyadan tidak dapat ditanamkan, bahkan membahayakan, tudak bermanfaat dan merusak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar